banner 728x250

AKU TELAH MEMPEROLEH “SESUATU” DI TARUNA BAKTI

banner 120x600
banner 468x60


Jayapura,OborNyala.id,-Almamaterku, Taruna Bakti telah memberiku “sesuatu” yang sangat berharga dalam hidupku. Saya ingin berceritera tentang apa saja yang saya dapatkan dari Taruna Bakti sejak tahun 1992 sampai 1995 dalam deskripsi ringan pada bagian berikut ini.

MEMASUKI SEBUAH LEMBAH
Ketika pertama kali memasuki Taruna Bakti, ada sesuatu yang menghentakku, yaitu kedalaman lembah Waena. Kedalaman alam ini mengingatkanku pada Lembah Kamuu, Kampungku di Meeuwodidee.
Kedalaman lembah yang menjadi kompleks Taruna Bakti, ternyata luas. Kedalaman dan Keluasan kompleks Taruna Bakti telah mengikhtiarkan kepadaku tentang kedalaman dan keluasan Ilmu Pengetahuan dan nilai-nilainya akan saya peroleh di Lembah Waena itu.

banner 325x300

LONCENG, TANDA SESUATU
Kehidupanku selama di almamater Taruna Bakti, lonceng, baik asrama maupun sekolah memberitahu saya, bunyi lonceng itu bermakna sesuatu.
Ketika lonceng bunyi pada jam 05:00 maka saya tahu, bahwa saya harus ikut korvei (kerja bakti) pagi; ketika lonceng bunyi pada jam 06:00 maka saya tahu, bahwa saya harus ikut misa pagi; ketika lonceng bunti pada jam 07:00 maka saya tahu, bahwa saya harus makan pagi; ketika lonceng bunyi pada jam 07:15/20/30 maka saya tahu, bahwa saya harus masuk kelas; ketika leonceng bunyi pada jam 10:00 saya tahu, bahwa saya harus istrahat pertama; ketika lonceng bunyi pada jam 11:45 maka saya tahu, bahwa saya harus istrahat kedua; ketika lonceng bunyi pada jam 13:00 maka saya tahu, bahwa saya pulang ke asrama dari sekolah; ketika 13:05/10/15 maka saya tahu, bahwa saya harus makan siang; ketika saya dengar bunyi lonceng pada jam 14:00 maka saya tahu, bahwa saya harus pergi mencari kayu bakar di kompleks Kamp Walker; ketika saya dengar bunyi lonceng pada jam 15:00 maka saya tahu, bahwa saya harus olah raga atau korvei sore; ketika saya dengar bunyi lonceng pada pukul 17:00 maka saya harus pulang untuk mandi agar siap belajar; ketika saya dengar bunyi lonceng pada jam 19:30 maka saya tahu, bahwa saya harus makan malam; ketika saya dengar bunyi lonceng pada pukul 21:00 maka saya tahu, bahwa saya harus melakukan refresing malam; dan ketika saya dengar bunyi lonceng pada pukul 21:00/22:00 maka saya tahu, bahwa saya sudah harus berada di tempat tidur untuk istrahat malam sampai besok pagi.
Rotasi waktu itu berlaku selama tiga tahun dan membekas dalam seluruh hidupku, sehingga ketepatan waktu sebagaimana yang ditentukan untuk pertemuan apa pun, saya hampir selalu on time, kecuali saya sedang sakit atau sedang keluar untuk kegiatan lain.
Waktu itu berharga, namun penghargaan terhadap waktu merupakan tindakan untuk menepatinya. Hal ini jauh lebih berharga.

GURUKU: GURU IMAN, GURU ILMU PENGETAHUAN
Terlepas dari jabatan formal dalam struktur (Asrama atau Sekolah) Taruna Bakti, saya telah berkesimpulan, bahwa Guruku adalah guru iman dan guru ilmu pengetahuan.
Pembina Asrama dan Guru Sekolah merupakan guru iman serentak guru ilmu pengetahuan. Saya sadar, bahwa Otak Kiri dan Otak Kananku aktif bersamaan. Para guru Taruna Bakti telah menjadi suri tauladan membentuk kepribadianku sebagai seorang anak yang wajib: B E L A J A R, Iman & Ilmu Pengetahuan.
Disini, saya tidak ingin sebutkan nama mereka, karena nama para guru itu hidup dalam kepribadianku. Saya telah belajar, bagaimana menjadi seorang pribadi yang beriman dan berilmu pengetahuan sebagaimana yang diharapkan oleh para guruku.
Keteladanan, kesederhanaan, tanggung jawab dan kharakteristik kepribadian para guru merupakan nilai utamanya. Keutamaan-keutamaan yang mereka junjung dan yang mereka pancarkan kepadaku sudah menjadi bernilai plus, berenergi plus dan berkorelasi dalam kehidupanku.
Akhirnya, saya sudah menjadi tahu, bahwa guru-guruku sudah belajar sesuatu yang berharga dari Guru Agungnya, Yesus Kristus sang Guru Sejati. Saya pun sedang Belajar dariNya.

4E-SIMBIOSIS PARIPURNA
Ekologi, Ekosistem, Ekonomi dan Ego merupakan suatu perspektif standar yang dihadirkan oleh Taruna Bakti untuk membentuk diriku menjadi sesuatu yang berbeda dari diriku yang lain.
Taruna Bakti sering disebut lembah putri malu (sejatinya untuk Lembah Waena). Taruna Bakti juga dipenuhi aneka burung, aneka binatang berukuran kecil, dan aneka tumbuhan. Tumbuhan makan makanan dari tanah Taruna Bakti, hewan makan dari alam Taruna Bakti, penghuni Taruna Bakti juga makan dari “dapur” Taruna Bakti.
Saya sering menyaksikan berfungsinya 4E dalam suatu simbiosis paripurna. Simbiosisme Taruna Bakti itulah yang mendidik saya, bahwa kehidupan ini memang bersimbiosis dan karena itu simbiosisme Tanah Papua yang ADA tidak boleh dihancurkan demi “kapitalisasi diri” para kapitalis dunia.

OBOR MENYALAH
Obor menyalah adalah simbol Taruna Bakti. Saya menangkap beberapa makna yang melekat pada obor menyalah itu.
Pertama, sinar yang menyalakan obor baru di negari-negeri yang jauh dari Taruna Bakti. Lulusan Taruna Bakti, baik sebagai guru, pastor, uskup, ilmuwan, pekerja sosial, aktivis kemanusiaan, politikus, sejarahwan, investor, budayawan dan lain sebagainya tersebar kemana-mana dan ada dimana-mana. Obor kecil menyalah disitu, kadang disadari atau tidak disadari, sinar obor menyala di mana pun dan kapan pun.
Kedua, sinarnya kopetitif. Berbagai lulusan Taruna Bakti yang tersebar dimana-mana itu ternyata tidak kalah saing dengan orang lain dari almamater lain. Kompetitif dalam koridor keimanan maupun ilmu pengetahuan. Alumni siap untuk berkompetisi. Hal ini karena nilai kompetitif selalu ditanamkan selama berada di Taruna Bakti dengan berbagai strategi kompetisi melalui belajar apa yang diajarkan atau dididik oleh guru Taruna Bakti.
Ketiga, sinar itu penuh makna dan nilai. Sinar obor yang tertransmisi kepada orang siapa saja yang melewati Obor Menyala tentu akan memetik maknanya dan akan menemukan kedalaman nilai yang dipancarkan oleh obor menyala.
Keempat, Sinar itu ada, ada terus. Sinar obor menyala selalu bersinar karena sumber sinarnya adalah Yesus Kristus sang Terang Sejati.
Saya menyadari, bahwa makna sinar obor menyala yang saya ceriterakan ini masih belum cukup lengkap, namun sinar itu ada dan bermakna. Ketika angkatan kami reunian, saya pernah berkata: “Obor Menyala itu adalah Roh Taruna Bakti”.

PENUTUP
Demikian dulu ceritera ringan yang ingin saya ceriterakan kepada Anda tentang apa saja yang saya peroleh dari Taruna Bakti. Saya berharap, saya akan kembali menulis lagi hal lain ketika saya mengingatnya dan Anda juga mempunyai kesempatan yang sama untuk menulis apa saja yang Anda dapatkan dari Taruna Bakti. Semoga.Penulis, A.R.Goo

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *